Home Learning Mengurangi Resiko Penyebaran COVID-19

Oleh: Willy Khoputra – G8

COVID-19 adalah virus baru yang sangat mengganggu, kemampuannya menyebar menyebabkan COVID-19 menjadi pandemi dalam waktu yang singkat. Vaksin, walau saat ini sudah ditemukan, belum disebarkan secara luas, bahkan ada berita bahwa ada Varian Baru di Inggris yang lebih mudah menyebar.  Manusia harus menyesuaikan diri dengan kondisi ini untuk menghindari virus itu dan tidak menyebarkannya ke orang tercinta.

Pandemi ini mungkin masih akan bertahan beberapa lama lagi. Kondisi New Normal ini tidak membuat kita sebebas saat sebelum pandemi. Pandemi ini memang sangat merepotkan, banyak usaha mengalami kerugian besar karena mereka tidak dapat beradaptasi dengan kondisi ini. Namun bukan saja mereka yang merasa dirugikan, hampir semua masyarakat yang terkena dampak COVID-19 dirugikan dengan tingkat yang berbeda-beda.

Semua aspek kehidupan manusia dalam kondisi ini harus menyesuaikan diri. Memang, ada beberapa aspek yang tidak berubah banyak, contohnya rumah, rumah sendiri tidak harus diubah demi pandemi ini (hanya lebih sering dirumah saja). Akan tetapi kebanyakan aspek kehidupan (apalagi aspek sosial) harus diubah demi kesehatan semua. Pesanan makanan dibeli online, bekerja dirumah, jika ingin keluar harus pakai masker, dan masih banyak perubahan yang harus diikuti sampai pandemi ini menghilang dari muka bumi ini. Memang perubahan ini sedikit tidak nyaman, namun kita tidak bisa apa-apa kecuali mengikutinya sampai para ilmuan menemukan vaksinnya, dan diperbolehkan oleh pemerintah.

Salah satu aspek kehidupan manusia yang harus diubah itu adalah pendidikan. Demi keamanan para murid dan guru, kegiatan belajar mengajar tidak dilaksanakan di sekolah, tapi dirumah.  Maka, para guru dan murid harus menggunakan platform online seperti Zoom, Google Meet, dll. Serta Aplikasi untuk mengatur pembelajaran serta memberi materi dan PR, seperti Google Classroom.  Zoom dan Google Meet digunakan agar paling tidak memberikan suasana belajar tatap muka dengan guru dan murid saling berbicara, tanya jawab dan lain-lain. Platform seperti Google Classroom digunakan untuk menyortir pelajaran, memberi materi dan PR supaya para murid tidak akan pusing dalam masalah materi. Bukan hanya itu, PR dan Ulangan semua bisa dikumpul dengan tenggat yang ditentukan.

Sisi positif dalam kegiatan siswa dan Home learning salah satunya adalah membantu memutus rantai penyebaran COVID-19. Bagaimana Home Learning bisa memutus Rantai Penyebaran COVID-19? Salah satu peraturan yang diberikan oleh pemerintah adalah #stay-at-home, maksudnya adalah untuk mengurangi resiko penyebaran COVID-19, pemerintah mengharuskan rakyat untuk tinggal dirumah mereka hingga situasi membaik, boleh saja disebut karantina di rumah atau “tahanan rumah (house arrest)”. Walau saat ini, kondisi karantina ini sudah sedikit diringankan dengan new normal atau kebiasaan baru. Tinggal di rumah sangat direkomendasikan kecuali jika perlu, seperti pekerjaan yang memang harus keluar, dll. Nah, demi keamanan para murid, sekolah ditutup. Para murid harus tinggal dirumah. Kemungkinan besar para murid pasti tidak akan mau belajar dirumah karena malas atau alasan lain, atau kemungkinan tidak mengerti dan masih ada semangat untuk belajar (alasan ini hampir tidak mungkin karena karakter murid. Lagipula, jika ada pertanyaan bisa search online, kecuali, mereka tidak bisa mengerti dengan sistem selain sistem sekolah ). Maka apa yang harus para pengajar lakukan? Jika para murid ditinggal sendiri, kemungkinan besar para murid tidak akan belajar apapun dengan kondisi seperti ini, mungkin mereka akan kembali ke sekolah dengan “otak kosong”. Para guru harus mencari cara untuk tetap melaksanakan proses belajar-mengajar walau dalam kondisi apapun. Untunglah, ada sesuatu bernama Internet. Dimana para guru menemukan aplikasi pertemuan online dan pengatur kelas. Dengan ini home learning dapat terlaksana. Dengan ini para murid bisa tetap mengalami proses belajar-mengajar tanpa harus pergi kesekolah. Ini tentu adalah hal yang baik untuk sekolah. Namun mungkin para murid bisa saja memiliki pendapat yang berbeda.

Dengan Home learning, para murid tidak harus keluar rumah untuk belajar dan beresiko terkena COVID-19. Karantina sendiri juga salah satu cara untuk mengurangi kecepatan penyebaran COVID-19. Home Learning menaati aturan pemerintah untuk menghadapi COVID-19, karena di rumah murid tidak usah keluar dengan resiko infeksi sendiri dan orang lain. HomeLearning adalah salah satu cara untuk mensimulasikan proses pembelajaran tatap muka tanpa harus pergi ke sekolah.

Pada Sekolah Amore Prime School sendiri juga menggunakan sistem home learning. Tentu Home Learning juga memiliki kekurangannya tersendiri, home learning membuat aktivitas murid tidak bisa dikontrol, dirumah, mereka bisa melakukan apa saja, apakah mereka melihat Youtube, main game online, membaca novel atau manga? Kita tidak pernah tahu. Selain itu, menggunakan layar terlalu lama bisa menyebabkan penyakit lain selain yang marak diperbincangkan (COVID-19 dan kawan-kawannya), yaitu kecanduan elektronik dan mata rusak. Penyakit itu tidak menular dan keduanya bisa saling berhubungan satu sama lain. Tentu kekurangan ini bisa dihindari jika para murid memiliki kontrol diri tentu saja. Selain itu kekurangan berikutnya adalah pembelajaran yang tidak seefektif pembelajaran biasa (tatap muka), seperti murid yang tidak ingin bertanya, murid terdistraksi, masalah internet, masalah listrik, Guru tidak menjelaskan dengan baik, murid yang menyontek, dan masih banyak masalah lagi. Akan tetapi, home learning adalah sistem pembelajaran terbaik untuk saat ini mempertimbangkan kondisi saat ini dan keamanan para murid.

Tidak ada sistem yang sempurna. Walau ada beberapa hal negatif yang dapat terjadi dalam home learning, ini adalah sebuah pilihan yang terbaik untuk saat ini. Dengan menggunakan sistem home learning dan kooperasi antara murid dan guru, home learning ini bisa sangat efektif. Walau masih tidak seefektif pembelajaran tatap muka, sistem ini sangat berguna dalam mendapatkan edukasi saat pandemi dan permasalahan serupa.

Leave a Comment